Ender's Game
Video diatas merupakan pembuatan salah satu bagian dari film Ender's Game. Adegan dimana Ender memainkan sebuah game bernama The Mind Game, game yang bekerja sesuai dengan pikiran pemainnya.
The Mind Game adalah program komputer canggih, yang dapat dimainkan oleh siswa sekolah pertempuran. Alur permainan dari game tsb akan terus berubah sesuai dengan profil psikologis yang menjalankan permainan itu. Ender, sang karakter utama, dipantau melalui game ini oleh guru nya dan dipromosikan menjadi panglima dalam film ini. The Mind Game juga merupakan cara yang digunakan oleh ratu alien untuk berkomunikasi dengan protagonis dalam film tsb.
Bagian ini dikerjakan selama setahun setengah di Barcelona oleh sekitar 30 desainer 3D professional. Studio yang bertanggung jawab atas pembuatan bagian ini adalah Digital Domain, yang bekerja dibawah Gavin Hood selaku Producer dari Ender's Game dan Matt Buttler selaku Supervisor VFX.
Konsep Realisme yang ditekankan pada bagian ini lebih mengarah Perilaku/Behaviour seperti animasi karakter, hair simulation dsb
Beberapa teknik yang digunakan dalam pembuatan bagian tsb antara lain :
• Desain Karakter dan Development
• Animasi dan Rigging (Tikus dan Raksasa)
• Motion Capture
• Desain Environtment dan Konsep Art.
• FX simulation
• Lightning dan Rendering
• Compositing and Grading.
• Cloth dan Hair simulation
Untuk pengerjaan bagian compositing, Digital Domain menggunakan Nuke, sebuah software yang digunakan untuk proses compositing secara digital berbasis node. Software ini dikembangkan oleh The Foundry dan banyak digunakan untuk pembuatan film-film yang menggunakan teknik CGI antara lain Avatar, Mr. Nobody, The Curious Case of Benjamin Button, King Kong, Jumper, I, Robot, Resident Evil: Extinction, Tron: Legacy,Alice in Wonderland, Black Swan dan The Hobbit
Sedangkan untuk pengambilan gerakkan atau motion capture dari Raksasa, Digital Desain menggunakan FAC5 tracker, sebuah aplikasi yang dibuat menggunakan software Processing, yang digunakan untuk mengambil gerakkan dari ekspresi wajah dengan menempelkan suatu komponen berupa titik-titik pada wajah.
Ekspresi wajah yang diambil merupakan milik Gavin Hood, Producer dari Ender's Game.
Beberapa orang yang terlibat dari pembuatan bagian tersebut antara lain :
Digital Effects Supervisor: Jordi García
Digital Effects Supervisor: Bor Arroyo
Digital Effects Supervisor: Alex Martin
Executive Creative Producer: Alex Maldonado
Executive Production Manager: Sergio Jiménez
Production Coordinator: Angee Marcazzan
International Producer: Esther Ruiz
Concept Art and Art Director: David Cabrera
3D Animation Supervisor: Hector Muñoz
Lighting TD: Daniel Alejo
Character TD: Vincenzo Leombruno
Character TD: Marco Romeo
Digital Effects Operator: Philipe G.Schibler
Digital Effects Operator: Miquel Corominas Pla
3D Modeler: Álvaro Gascó
3D Modeler: Rebeca Puebla
3D Artist: Miguel Miranda
3D Artist: Xavi Santed
3D Animator: Arnau Solà
3D Animator: Juan Couto
3D Animator: David Llopis
3D Animator: José A. Portillo
Digital Compositor: Lluisa Cuchillo
Digital Compositor: Albert García
Digital Compositor: Frankie de Leonardis
Digital Compositor: Quico Noizeaux
Accountant: Ely Aguilera
Referensi Ender's Game:
http://www.creativebloq.com/movies/behind-scenes-enders-game-31411012
http://post23.tv/work/enders-game/
https://vectorsoulnews.wordpress.com/2014/02/20/vectorsoul-realiza-la-unica-secuencia-3d-de-the-mind-game-enders-game-dirigida-por-gavin-hood/
http://www.cgmeetup.net/home/making-enders-game-mind-game/
http://en.wikipedia.org/wiki/Nuke_%28software%29
Referensi Ender's Game:
http://www.creativebloq.com/movies/behind-scenes-enders-game-31411012
http://post23.tv/work/enders-game/
https://vectorsoulnews.wordpress.com/2014/02/20/vectorsoul-realiza-la-unica-secuencia-3d-de-the-mind-game-enders-game-dirigida-por-gavin-hood/
http://www.cgmeetup.net/home/making-enders-game-mind-game/
http://en.wikipedia.org/wiki/Nuke_%28software%29
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Avatar
Plot film Avatar sebetulnya biasa-biasa saja. Inti cerita tentang
konflik antara pribumi dan kaum pendatang yang berusaha merebut tanah air
mereka secara paksa bukan sekali ini digarap oleh sineas Hollywood. Kevin
Costner pernah menggarap tema semacam itu melalui film epik Dances With Wolves.
Sosok Jake Sully (Sam Worthington) di Avatar segera mengingatkan pada Letnan
John Dunbar (Kevin Costner). Bagi saya Dances With Wolves jauh lebih menyentuh
karena menggarap cerita dengan latar yang benar-benar terjadi di dunia nyata,
yakni penindasan dan perampasan kedaulatan suku Indian Lakota Sioux oleh
kolonis kulit putih di daratan Amerika Utara pada masa civil-war.
Avatar lebih tepat dikatakan sebagai pesta pora visual effect. Untuk
urusan yang satu ini memang James Cameron jagonya. Biaya produksi yang –
menurut publikasi resmi - mencapai $237 juta (dikonversi ke rupiah sekitar 2,25
trilyun, dengan kurs $1 = Rp.9500) memberi keleluasaan penuh bagi Cameron
bermain-main dengan CGI dan teknologi efek visual lain yang revolusioner,
selain memungkinkannya merilis film tersebut dalam beberapa format sekaligus:
untuk proyektor dua dimensi tradisional, RealD 3D, IMAX, XpanD 3D, Dolby 3D,
dan 4D (film 3-D dengan tambahan efek fisik seperti getaran, angin, hujan dsb
menggunakan simulator yang disinkronkan dengan adegan dalam film).
Efek visual Avatar mengambil porsi hingga 60% durasi film, dan hanya 40%
sisanya yang benar-benar live action. Untuk mengerjakannya Cameron
menyewa jasa Weta Digital,
perusahaan efek visual Selandia Baru yang didirikan Peter jackson (sutradara
Lord of the Rings) yang berpengalaman mengerjakan efek visual untuk trilogi Lord
of the Rings dan King Kong (2005). Cameron menggunakan performance
capture – menangkap gerak dan ekspresi aktor menggunakan sensor yang
ditempelkan di tubuhnya yang terhubung dengan komputer - untuk menghidupkan
karakter-karakter suku Na’vi. Teknik yang sama yang digunakan untuk menghidupkan
karakter Gollum di LOTR, dan King Kong (keduanya ‘dihidupkan’ dengan performance
capture aktor Andy Serkis).
Proses
rendering Avatar dilakukan dengan server farm seluas 930 meter persegi yang
terdiri atas 4.000 server Hewlett-Packard dengan 35.000 inti prosesor yang
menjalankan sistem operasi Linux Ubuntu dan Grid Engine cluster manager.
Perusahaan efek visual lain, ILM (Industrial Light and Magic),
dilibatkan dalam pembuatan adegan pertempuran final antara Na’vi dengan ras
manusia dan efek khusus untuk peralatan tempur seperti robot-robot dan
helikopter berbaling-baling ganda, selain menciptakan efek bom dan ledakan yang
dibikin dengan komputer (CGI). Hasil dari perekaman versi 3D ditransfer ke
dalam beberapa format tiga dimensi sekaligus, yakni RealD 3D, IMAX, XpanD 3D,
dan Dolby 3D.
Avatar juga menciptakan trend baru penggunaan teknologi 3D – disebut juga stereoscopic
motion pictures. Wabah 3D menghinggapi Hollywood pasca kesuksesan Avatar.
Untuk memfilmkan live action, Cameron menggunakan versi modifikasi dari
kamera gabungan yang merekam suatu obyek meniru efek pandangan mata kiri dan
kanan manusia, yang ketika dikombinasikan akan menciptakan efek tiga dimensi.
Hasil rekaman lantas diintegrasikan ke dalam CG (computer graphic).
Terobosan teknologi lain Avatar adalah penggunaan virtual camera. "Kamera melayang" atau swing
camera ini (disebut demikian karena dapat 'melayang' ke arah dan sudut
manapun sekehendak Cameron) sejatinya bukanlah kamera seperti yang kita kenal.
Kamera tersebut tidak memiliki lensa, karena memang tidak dibutuhkan untuk
merekam obyek-obyek riil. Dia cuma terdiri atas sebuah layar LCD dan alat
penanda (marker) untuk merekam posisi dan orientasi dalam satu volume
relatif terhadap sang aktor. Informasi posisi tersebut lantas dijalankan
melalui effect switcher untuk melihatnya dalam versi CG beresolusi
rendah.
Hasil final dari swing camera tersebut dapat kita lihat misalnya pada
adegan-adegan Jake Sully dan Neytiri terbang mengendarai Ikran bermanuver
diantara gunung-gunung mengambang di Pandora. Bahkan seandainya adegan
spektakuler itu dapat dibuat di dunia nyata sekalipun (bukan karakter digital
yang dibuat dengan CGI) hampir tidak mungkin bagi sebuah kamera normal
mengikuti gerakan dinamis tersebut secara simultan – kecuali si juru kamera
juga mengendarai ikran dan terbang mengikuti keduanya kemana-mana ...
Para pemain sendiri (Sam Worthington dan Zoe Saldana) hanya berakting tanpa
perlu tahu di sebelah mana kamera menyorot mereka. Cuma ada kamera mikro yang
merekam ekspresi wajah, sensor-sensor gerak yang menempel di tubuh dan kabel-kabel
panjang yang mentransfer data informasi gerak dan ekspresi aktor dari
sensor-sensor tersebut ke komputer untuk diolah menjadi karakter digital suku
Na'vi. Teknologi motion-capture Avatar yang dapat merekam 360 derajat
hampir meniadakan kebutuhan pada kamera konvensional, kecuali untuk
adegan-adegan ketika setting tempat dan manusia sungguhan ditampilkan.
Referensi Avatar :
http://teknosiana.blogspot.com
Tugas : Grafik Komputer 2
Kelas : 3IA15
Anggota Kelompok :
+ Adityo Arno (50412257)
+ Dimas Bayu Putra (52412119)
+ Hasnan Habib Adhyaksa (53412360)
+ Musa Al Kazhim (55412162)
+ Panji Nur Imanto (55412643)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar